RSS

Episode Layang-Layang


"Aku layang-layang. Jadi tolong biarkan aku terbang.", katamu. "Aku benang.", kataku. "Aku akan membuatmu terbang tinggi baru kemudian kamu bisa memilih, akankah memutuskanku."

Puasa dan Bulan


Puasa dan lebaran itu erat kaitannya dengan bulan. Orang mulai puasa dengan menunggu kabar dari bulan. Untuk mengakhiri puasa pun demikian. Awal puasa dan akhir puasa orang selalu meributkan bulan. Tapi bukan bulan yang membawa keributan, orang-orang saja yang susah mencari kata sepakat hingga akhirnya selalu muncul perbedaan. Bicara tentang bulan, puasa saya juga erat kaitannya dengan bulan. Tapi bulan yang saya maksud berbeda dengan bulan yang sering diperdebatkan. Bulan yang jadi tema di sini rutin bertamu ke setiap wanita tiap bulan. Ah, tapi bulan saya berbeda. Dia tidak datang tiap bulan. Kadang dia ngambek dan dua tiga bulan tidak menyapa. Bulan kemarin juga demikian, si bulan lupa absen dua bulan. Saya sudah harap-harap cemas. Berharap si bulan tidak usah absen sampai bulan depan. Biar puasa saya tidak bolong dan saya tidak usah repot membayar hutang. Dua tahun lalu saya juga membahas tentang bulan. Kalau dulu saya kuatir gara-gara si bulan tak kunjung datang, tahun ini saya agak sebal karena dia datang tanpa peringatan dan tanpa diundang. Hari pertama puasa saya bangun dengan semangat 45. Saya bangun pukul 03.30, mecuci segala yang bisa dicuci, mulai muka, kaki, sayur, ayam, dan bumbu masakan. Pukul 04.00 masakan siap santap, saya pun makan dengan lahap. Pukul 05.00 saya siap-siap sholat. Dan sebelum wudhu, saya berniat buang hajat. “Aaaaarrghhh…!!!” Begitu saya berteriak. Si bulan ternyata datang, tanpa pemberitahuan. Kalau tahu bulan bakal datang, mendingan saya lanjut tidur sampai pagi menjelang. Ah, biarlah. Paling nggak saya bisa merasakan syahdunya sahur pertama. Tentang bulan yang suka datang tanpa diundang, saya selalu bersyukur. Wanita lain yang dapat peringatan sebelum didatangi bulan biasanya mengeluh kesakitan. Bulan selalu datang pada saya dengan secercah senyum ceria, tanpa rasa sakit dan perut melilit. Itu artinya saya termasuk sehat. Dosen Psikologi Faal saya pernah bilang, “Wanita yang tiap didatangin bulan merasa kesakitan, nanti bakal lebih sakit lagi pas melahirkan.” Untunglah bulan datang sendirian dan nggak mengajak rasa sakit sebagai teman. Jadi nanti pas saya bakal punya baby, insya Allah saya nggak terlalu kesakitan (Aamiin…) Dari tadi saya bicara tentang bulan hingga tulisan saya bulat dan melingkar-lingkar seperti bulan. Jadi sebelum yang membaca dan menulis jadi bosan, lebih baik saya ucapkan selamat tinggal pada bulan dan siap-siap ikut meramaikan ramadhan. Sampai jumpa, Bulan… Bulan depan dan bulan depan depan depannya lagi kamu harus rutin datang ya! Biar saya nggak kepikiran macam-macam.

menanti adamu


sepercik risau
menumpuk galau









mungkinkah candu?
membuatku sendu
sehari tanpamu...

Mendung


Hari ini mendung lagi.
Walaupun tadi malam aku bermimpi hujan deras,
tapi di sini hanya mendung ternyata.
Aku ingin hujan jangan datang.
Semoga...

Curahan Hati Seorang Mahasiswa Psikologi


Tahukah kamu, Teman?
Hari ini bertambah lagi satu orang yang memberikan reaksi klise setelah tahu aku anak psikologi, “Berarti bisa baca aku dong! Karakterku gimana?” Aku bukan peramal, aku ga bisa nebak gimana karakter orang. Aku juga bukan psikolog yang bisa analisis karakter orang dengan pasti. Aku MASIH mahasiswa psikologi! Hey, aku masih belum punya cukup ilmu buat baca karakter kamu! Bahkan ngobatin diri sendiri aja aku belum mampu.

Tahukah kamu, Teman?
Aku dilema setiap kali kamu curhat dan meminta pendapat. Bukan, bukannya aku ga mau membantu atau memberikan solusi atas masalahmu. Aku ingin kamu tahu kalau dengan kuliah di psikologi, bukan berarti aku tau semua jawaban pertanyaan, bukan berarti aku menjadi orang hebat yang bisa menyelesaikan setiap masalah dengan bijak.

Tahukah kamu, Teman?
Ketika kamu curhat dan mengumpat-ngumpat, mengatai-ngatai si “cowok jahat”, aku ingin ikut mendukungmu, menyalahkan semuanya pada “cowok jahat” itu. Itu kan yang kamu butuhkan? Kamu hanya ingin didengarkan dan dibenarkan. Aku yakin bahwa tanpa aku beritahu pun kamu akan sadar bahwa kamu tidak sepenuhnya benar dan si “cowok jahat” itu tidak sepenuhnya patut disalahkan.

Tahukah kamu, Teman?
Di psikologi aku diajarkan bahwa itu tidak seharusnya aku lakukan. Kami hanya diperbolehkan untuk mendengar, bukan memberikan penilaian mana salah dan mana benar. Aku hanya harus mendengarkan dan memberikan perhatian, serta sesekali memberikan tanggapan singkat tanpa penilaian agar komunikasi terus berjalan. Sebagai seorang mahasiswa psikologi, aku diajari untuk berempati dan bukan bersimpati. Aku diajari untuk ikut merasakan apa yang orang lain rasakan dengan tidak ikut larut dalam perasaan. Tapi susah bagiku untuk berempati, aku belum pernah merasakan apa yang kamu rasakan, jadi bagaimana caranya agar aku bisa merasakan apa yang kamu rasakan? Sebagai seorang mahasiswa psikologi, aku tidak bisa ikut berkoalisi denganmu dan beroposisi padanya. Aku harus netral, Teman…

Tahukah kamu, Teman?
Andai kamu cerita di sini, di hadapanku, aku bisa meberikan perhatian penuh dan memberikan tanggapan singkat -“Oh, gitu ya? Terus gimana?”-, seperti yang selama ini aku pelajari. Aku juga bisa memberikan tatapan lembut padamu, menepuk pundakmu, bahkan memelukmu. Tapi kamu cerita lewat SMS, Teman… Tidak mungkin aku membalas SMSmu yang super panjang dengan jawaban singkat, “Oh, gitu ya? Terus gimana?” Kalau aku balas begitu, kamu akan merasa terabaikan, kan? Tahukah kamu? Aku mengalami dilema peran, sebagai mahasiswa psikologi dan sebagai seorang teman. Karena itu, aku harus memutar otak dan berpikir lama untuk bisa membalas satu SMS-mu. Di saat kamu galau dan membutuhkan dukungan, tidak mungkin aku membiarkan SMS-mu menggantung lama tanpa jawaban.

Maafkan aku Teman, kalau SMS-ku yang lalu terkesan asal-asalan. Aku benar-benar bingung dan tidak tahu jawaban apa yang harus aku berikan. Maaf kalau kamu merasa aku tidak bisa mendukungmu secara total. Seandainya aku di sana, aku rela menemanimu bercerita dan menangis sepanjang malam. Walau mungkin tidak bisa membantu, sebisa mungkin aku akan berusaha untuk membuatmu merasa nyaman. Maafkan aku teman…

Hujan


Langit menangis lagi siang ini.
Tanah basah...
Daun basah...
Aku pun ingin rambutku basah.
Tapi aku terjebak di ruang kelas ini.
Dosen berbicara, teman-teman saling bercerita.
Terbang...
Melayang...
Pikiranku melayang ke sore itu.
Sambil duduk di jok belakang kulingkarkan lengan memeluk pinggangmu.
Di bawah tudung mantel aku membangun dunia kita.
Rintik hujan tak terdengar.
Dinginnya pun tak mampu menjalar.
Hangat...

Aku suka hujan.
Hujan selalu mengiringku pada segala angan tentangmu.
Aku benci hujan.
Dia membuatku semakin merindukanmu...

**Sebuah catatan kebosanan di kelas Riset Organisasi.

Bulan Kapan Datang?



Hahay… Hari ini udah hari ke-24 bulan Ramadhan loh! Artinya puasa tinggal 6 hari lagi dan tepat minggu depan kita udah ngrayain hari raya Idul Fitri. Tentang  datangnya Idul Fitri ini saya benar-benar mengalami dilema. Di satu sisi saya sedih bulan Ramadhan udah mau abis. Soalnya saya yang jarang ibadah ini, bisa dapat banyak keuntungan yang luar biasa! Bayangin aja, dengan porsi ibadah yang biasa-biasa, saya bisa dapat pahala berlipat ganda, apalagi kalo saya meningkatkan ibadah saya, wuiiihh ga bisa kebayang deh untung yang bisa saya dapat daripada hari-hari biasa. Walopun sebenarnya saya tau belum tentu ibadah saya dapat nilai maksimal, tapi kan namanya juga usaha, boleh dong kalo saya ngarep banyak-banyak. *:hammer:* Makanya saya sedih kalo harus pisah sama bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. *Hiks… T,T* Di sisi lain saya seneng kalo udah lebaran. Kalo lebaran saya bisa kumpul-kumpul sama keluarga besar. Dan itu artinya apa? Saya panen uang sakuuuuu… *Hore horeeee… \>,</*
Di bulan Ramadhan yang tinggal sedikit ini, nggak cuma itu saja dilema  yang saya alami. Saya sekarang lagi bingung banget soalnya udah 30 hari lebih si bulan belum bertamu ke saya. Si bulan ini, kalo udah bertamu ke saya pasti lamaaaa banget! Minimal 9 hari, padahal temen-temen saya yang lain Cuma 4 hari udah say goodbye sama itu bulan. Nggak tau juga deh kenapa bisa gitu. Dia nyaman kali kalo sama saya, ngerasa selalu diperlakukan dengan baik, makanya nggak mau cepetan pulang. Jadi kalo misalnya si bulan besok tiba-tiba datang, saya tidak bisa shalat selama minimal 9 hari ke depan. Artinya, saya nggak bisa I’tikaf tiap malam ganjil buat menjemput Lailatul Qodar *Hiks hiks huaaaa… T,T airmata bercucuran* dan saya juga nggak bisa ikutan Shalat Ied. Padahal kan momen paling menyenangkan waktu lebaran adalah momen pas siap-siap shalat Ied, pas shalat Iednya, sama pas sungkem abis shalat *selain momen terima amplop tentunyaaaa… :hammer:*. Jadi Bulan, saya mohon dengan sangat ke kamu. JANGAN DATANG SEKARANG!!! Okay???
Ngomongin si Bulan ini, nggak tau kenapa akhir-akhir ini dia jadi nggak teratur ngunjungin saya. Bulan lalu dia sempat dating sih, tapi ya itu bulan sebelumnya dia sempat nggak dating 3 bulan. Jadi heboh dong saya >,<. Saya ini dari SMA kalo telat diabsen sama si Bulan suka bingung sendiri, takut hamil. Padahal saya nggak ngapa-ngapain loh! Beneran! Jangan kasih tatapan menuduh gitu dong! Saya itu suka banget pinjem kolornya mas sama bapak saya. Saya tau sih kalo memakai kolor laki-laki tidak akan menyebabkan kehamilan, tapi tetep aja kebegoan saya memaksa saya buat takut hamil. Haha… Nah, waktu si bulan telat dating 3 bulan kemarin itu, saya lagi di rumah. Pasti tau dong gimana jadinya anak kost kalo lagi pulang kampong. Yang tadinya di kosan Cuma makan sekali sehari, pas pulang pasti deh langsung perbaikn gizi. Secara di kosan kalo mau beli makan harus mikir uang, kalo di rumah kan mau apa tinggal minta. Pola hidup yang berubah drastis dari kosan ke rumah ini berdampak buruk pada perut saya. Perut saya yang tadinya singset dan rata *mblendung Cuma pas abis makan* jadi buncit terus. Saya udah rutin setor tiap pagi, tapi itu buncit tetep aja nggak mau kempes. Dengan kondisi telat didatengin bulan selama 3 bulan plus perut yang membuncit, mau ga mau otak saya jadi mikir parno! Gimana kalo saya hamil??? :hammer: Saya yang waktu itu baru aja minta kolornya Om yang udah ga kepake sampe bilang gini sama Tante istrinya om itu, “Pokoknya nanti kalo saya hamil, Om yang harus tanggung jawab!” Huahaha… Sampe sekarang saya masih suka senyum-senyum sendiri kalo inget kebegoan saya waktu itu. ;-P
Copyright 2009 it's just me. All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates