Friend Aversion



Hari ini entah kenapa saya tiba-tiba teringat pada seorang  teman yang sangat suka menceritakan masa lalunya yang gilang gemilang pada saya. Cerita tentang masa-masa dia masih di sekolah dasar dan selalu menjadi juara kelas, memenangkan berbagai perlombaan cerdas cermat, siswa teladan, hingga dinobatkan menjadi mascot sekolah. Okay, I think it’s fine if she just told me this story once, but she has told me this story more than 10 times. It’s so boring, you know?
Setiap kali dia certain itu, saya Cuma jawab, “Aku waktu SD jarang kok jadi juara kelas. Paling cuma sekali dua kali.” Tapi sebenarnya dalam hati saya ingin teriak, “Oke, terserahlah masa lalu lo kaya gimana, yang jelas sekarang tu gue yang lebih pinter dari lo!” Saya memang sombong sih, makanya pengen ngomong gitu, tapi ya sebenarnya itu adalah ekspresi dari kebosanan dan kekesalan saya karena disuguhi cerita yang sama terus menerus. Kalo dalam psikologi ada istilah taste aversion, yaitu ketika kita baru saja merasakan sebuah rasa (taste) dan tidak lama kemudian muncul kejadian buruk yang menimpa diri kita, rasa tersebut kemudian akan memunculkan efek tidak suka atau bahkan fobia. Kemarin saya baru membaca novel Agatha Christie yang saya pinjam di Saeroji gara-gara kartu PBK saya diskors 1 minggu setelah telat 3 hari. Judul novelnya adalah “Dan Cermin pun Retak…”. Dalam novel ini dibahas mengenai konsep aversion tersebut, yaitu tentang masa kecil seorang polisi yang menerima kabar bahwa ibunya menjadi korban meninggal dalam sebuah kecelakaan ketika dia sedang makan puding dengan vla yang meleleh. (puasa-puasa ngetik kalimat ini bikin saya ngiler… :hammer: ) Setelah kejadian itu, setiap kali dia melihat puding, badannya langsung kaku dan menggigil ketakutan. Hal ini terus terjadi hingga dia dewasa.
Nah, masalah taste aversion ini juga bisa terjadi bahkan pada rasa masakan yang sangat kita sukai. Misalnya kita sangat suka es krim rasa coklat dan suatu hari ibu pulang dengan membawa 1 galon es krim. Karena takut nanti es krimnya bakal dihabisin kakak, kita pun makan es krim itu sebanyak-banyaknya hingga kekenyangan dan akhirnya muntah. Efek buruk yang terjadi, yaitu muntah, bisa membuat kita menghindari es krim rasa coklat karena kita akan berpikir bahwa kita bisa muntah jika memakannya. Di sinilah konsep taste aversion terjadi. Sepertinya terdengar tidak mungkin kita menjadi benci terhadap makanan yang kita suka hanya gara-gara muntah. But believe me! That really happens. Di buku PSYCHOLOGY-nya Ciccarelli (buku yang paling saya suka di Psikologi), seorang wanita menjadi fobia terhadap suatu jenis kacang-kacangan (saya lupa tepatnya) karena suatu hari dia pernah makan itu kebanyakan dan akhirnya muntah. Kemudian setiap kali dia melihat makanan itu atau merasakannya, perutnya langsung mual dan mau muntah.
Pertanyaannya di sini adalah, “Apa hubungannya cerita saya dengan aversion?”. Kalo dari pargraf sebelumnya kita bisa mengalami aversi bahkan kepada sesuatu yang kita sukai karena terpapar hal itu secara terus menerus, apalagi pada sesuatu yang kita tidak sukai (netral bukan benci), mungkin saja aversi bisa cepat terjadi. Saya yang sebelumnya netral terhadap cerita teman saya menjadi bosan dan akhirnya berujung pada aversi. Saya pun kemudian mulai menghindari teman saya tersebut, untuk menghindari cerita-cerita yang selalu diulang olehnya. Mungkin ini yang namanya FRIEND AVERSION :hammer:. Kalau hanya satu cerita itu yang terus menerus dia ulang, saya akan bersikap biasa saja. Masalahnya dia suka mengulang bermacam-macam cerita yang sama. Kenapa saya tidak melakukan cara termudah yaitu bilang pada dia bahwa saya pernah mendengar cerita tersebut? I had done it and it didn’t work!
Saya membahas masalah ini bukan karena saya benci teman saya yang itu, bukan… Menurut saya, daripada dia terus-terusan mengulang cerita yang sama dengan menghabiskan banyak waktu karena sekali dia bercerita bisa sangaaaat panjang, lebih baik waktunya yang berharga itu dia gunakan untuk belajar sehingga ada hal lain yang bisa dia ceritakan pada saya, tidak hanya masa lalunya yang gilang gemilang, namun juga tentang nilai akademiknya yang membanggakan. Atau mungkin lain waktu kami bisa membahas masalah kuliah bersama dan tidak hanya bernostalgia.

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2009 it's just me. All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates